astakom, Makkah — Di balik kekhusyukan ibadah para jemaah haji asal Indonesia, masih terselip berbagai cerita perjuangan yang tak terlihat. Salah satunya datang dari jemaah asal daerah Jawa Barat.
Menjelang puncak haji di Mina, mereka menghadapi kenyataan pahit, kekurangan tempat tidur, makanan yang tak sesuai selera, dan belum rampungnya distribusi kartu penting untuk akses ibadah.
Baca juga
Kondisi ini mengundang perhatian Tim Pengawas Haji (Timwas) DPR RI yang turun langsung melakukan inspeksi ke sektor tujuh dan delapan wilayah pemondokan di Makkah. Di sana, anggota Timwas, Rokhmat Ardiyan, yang juga duduk di Komisi XII dari Fraksi Partai Gerindra, menyempatkan diri berdialog langsung dengan jemaah.
Salah satu suara hati yang mengemuka datang dari Aang Asyari, perwakilan jemaah asal Kuningan. Ia mengungkapkan bahwa kloter mereka masih kekurangan sekitar 60 tempat tidur di Mina.
“Kami sudah sampaikan ke perwakilan syarikah, tapi tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya kami beri pengertian ke jemaah: yang penting semua bisa masuk ke tenda, walau hanya bisa duduk dan tidak bisa tidur berbaring,” ujarnya pasrah.
Mendengar keluhan itu, Rokhmat pun menanggapi dengan tegas. Ia meminta Kementerian Agama untuk bersikap lebih keras dalam menuntut penyedia layanan asal Arab Saudi (syarikah) agar menyiapkan fasilitas secara maksimal.
“Kami mendesak Kemenag agar benar-benar mempersiapkan fasilitas di Mina dan Arafah dengan matang. Apalagi Bapak Presiden memberi perhatian penuh terhadap pelayanan haji,” ujar Rokhmat
Masalah bukan hanya datang dari soal akomodasi. Dari sektor delapan, jemaah asal Ciamis juga menyuarakan keresahan mereka terkait keterlambatan distribusi kartu Nusuk, dokumen penting yang menjadi syarat masuk ke Masjidil Haram dan area Arafah, Mina, serta Muzdalifah
“Ibadah kami jadi tidak tenang karena sampai sekarang belum menerima kartu Nusuk. Padahal besok kami mulai bergerak ke Arafah,” kata Dede Jajat, jemaah asal Ciamis.
Meski versi digital kartu tersebut tersedia, sebagian besar jemaah merasa lebih aman jika memegang fisiknya. Kekhawatiran ini pun mendapat perhatian dari Timwas DPR. Rokhmat mengaku sudah menyuarakan langsung masalah itu dalam rapat dengan Kementerian Agama.
“Saya kemarin cukup keras dalam rapat dengan Menag, Dirjen PHU, dan para direktur. Kami sepakati, kartu Nusuk harus sudah diterima jemaah maksimal hari ini, pukul 12 malam waktu Arab Saudi,” ujarnya.
Dari dapur katering pun muncul nada sumbang. Beberapa jemaah menyebut rasa makanan yang kurang pas di lidah mereka. Walau begitu, distribusi makanan disebut cukup tepat waktu.
Berbagai keluhan ini mencerminkan kompleksitas pelayanan haji, terlebih menjelang puncak ibadah wukuf di Arafah. Di tengah keterbatasan, jemaah tetap berusaha sabar dan menjalankan ibadah dengan khusyuk.
Rokhmat Ardiyan menegaskan, kehadirannya bukan sekadar kunjungan protokoler, melainkan bentuk tanggung jawab moral dan politik sebagai wakil rakyat.
“Saya hadir di sini untuk mendengarkan langsung dan memastikan suara jemaah tersampaikan. Apalagi ini adalah masa-masa krusial menjelang puncak haji,” ujarnya.
Langkah inspeksi langsung ini menjadi salah satu wujud nyata kepedulian legislatif terhadap kenyamanan ibadah jemaah Indonesia. Dalam situasi sesulit apapun, semangat ibadah para tamu Allah ini tetap menyala. Sebuah pelajaran tentang kesabaran dan keteguhan hati yang tak ternilai harganya.