astakom, Jakarta — Legislator Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Rajiv, menyampaikan apresiasi atas capaian monumental pemerintah dalam memperkuat cadangan beras nasional. Hingga akhir Mei 2025, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) resmi menembus angka 4 juta ton, yang disebutnya sebagai tonggak penting dalam perjalanan menuju kedaulatan pangan Indonesia.
“Saya mengapresiasi langkah konkret dan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian. Empat juta ton bukan angka kecil. Ini adalah capaian yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan,” ujar Rajiv, Senin (2/6/2025).
Baca juga
Ia menilai capaian ini sebagai sinyal positif bahwa sektor pertanian nasional mampu bangkit, bahkan di tengah tantangan global yang tidak ringan. Menurutnya, keberhasilan ini tak lepas dari keberpihakan kebijakan pemerintah kepada petani.
“Kebijakan tersebut bukan hanya membantu produktivitas, tetapi juga memberikan insentif psikologis kepada petani bahwa negara hadir mendukung kerja keras mereka,” tambahnya, merujuk pada kebijakan peningkatan kuota pupuk bersubsidi, perbaikan sistem distribusi pupuk, hingga penetapan harga gabah minimal Rp6.500 per kilogram.
Rajiv juga menyoroti keberhasilan serapan beras oleh Perum Bulog yang mencapai 2,429 juta ton hingga akhir Mei 2025, angka tertinggi dalam kurun waktu 57 tahun terakhir. Ia menyebut pencapaian tersebut sebagai bukti bahwa produksi dalam negeri, jika dikelola dengan serius, mampu mencukupi kebutuhan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Namun, politisi yang dikenal dekat dengan kalangan petani dan nelayan ini tetap mengingatkan pentingnya pengawasan dalam distribusi beras agar stok besar tidak menjadi ilusi semata.
“Distribusi harus dikawal ketat, jangan sampai stok tinggi tapi harga tetap mencekik rakyat kecil, terutama di daerah-daerah yang sulit akses,” ujarnya.
Terkait wacana ekspor beras, Rajiv mengimbau pemerintah agar bersikap hati-hati. Meskipun ia menyambut positif potensi ekspor, termasuk permintaan dari Malaysia, Rajiv menegaskan bahwa prioritas utama tetap harus pada kebutuhan domestik.
“Kita jangan tergoda mengejar surplus ekspor tanpa terlebih dahulu menjamin bahwa dapur-dapur rakyat di pelosok negeri sudah benar-benar aman dari kelangkaan atau lonjakan harga,” tegasnya.
Sebagai langkah strategis jangka panjang, Rajiv juga mendorong pemerintah untuk tidak semata mengandalkan beras sebagai satu-satunya sumber pangan nasional. Ia menekankan pentingnya diversifikasi pangan yang sejalan dengan potensi lokal.
“Ketahanan pangan tidak bisa hanya bergantung pada beras. Kita harus mulai serius mendorong komoditas lokal yang lain seperti sorgum, jagung, dan umbi-umbian yang sesuai dengan kearifan lokal setiap wilayah,” pungkasnya.