astakom, Jakarta – Di tengah gempuran globalisasi dan pesatnya era digital, tiga negara serumpun, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, memantapkan langkah mengangkat bahasa Melayu dan bahasa Indonesia ke panggung dunia.
Komitmen itu ditegaskan Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin dalam Forum Ketua Majelis Bahasa Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia (MABBIM), yang digelar di Brunei Darussalam.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Forum ini tak sekadar ajang silaturahmi, tapi juga menjadi langkah strategis memperkuat peran dua bahasa serumpun itu sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan diplomasi internasional.
“Forum ini bukan sekadar seremonial. Ini adalah momentum strategis untuk memperkuat diplomasi bahasa dan menjadikan bahasa Melayu dan Indonesia sebagai kekuatan lunak di panggung global,” kata Hafidz Muksin yang juga Ketua Delegasi Indonesia, dikutip astakom.com, Senin (26/5).
Salah satu agenda penting dalam forum tersebut adalah penguatan leksikografi dan korpus bahasa lewat pelatihan regional serta pembaruan dokumen kerja MABBIM agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Ketua MABBIM Malaysia, Tuan Haji Mohammad Johari bin Hasan menekankan perlunya pertemuan menteri dari masing-masing negara demi memberi legitimasi kuat bagi program-program kebahasaan.
Sementara tuan rumah forum, Tuan Haji Awang Suip bin Abdul Wahab dari Brunei, mendorong inovasi bahasa di ranah digital agar bahasa serumpun tetap relevan dan dinamis.
“Bahasa adalah alat penyatu budaya serumpun. Di era digital, kita harus menjadikannya lebih hidup, adaptif, dan mendunia,” ujarnya.
Tak ketinggalan, pengamat dari Singapura, Dr. Nuraini binti Ismail turut menyoroti peran MABBIM dalam membentuk identitas generasi muda. Menurutnya, bahasa bukan sekadar komunikasi, tapi juga simbol kebanggaan dan diplomasi nasional.
Forum ini juga menandai jalan menuju Sidang Pelindung MABBIM 2025 yang akan digelar pada Oktober 2025 mendatang, bersamaan dengan Bulan Bahasa Nasional.
Dalam sidang itu, akan ditandatangani Pernyataan Bersama oleh para menteri dari ketiga negara, yang nantinya akan menjadi dokumen kolektif pertama sejak Komunike Bersama MABBIM 2006.
“MABBIM adalah ruang strategis untuk menjaga jati diri kebudayaan serumpun, dan menata masa depan bahasa kita agar lebih berdaya saing secara global,” pungkas Hafidz.