Kamis, 26 Juni 2025

RI Gabung BRICS, Menperin Tegaskan Dampak Positif Bagi Industri Manufaktur

astakom, Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai dengan begabungnya Indonesia di dalam kelompok ekonomi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa), akan berdampak strategis terhadap kemajuan sektor industri manufaktur nasional.

“Keanggotaan Indonesia di dalam BRICS merupakan langkah strategis untuk memperluas kerja sama internasional, terutama dalam pengembangan industri, investasi teknologi, dan penguatan rantai pasok global,” ujar Agus dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, seperti dikutip astakom.com, Kamis (22/5).

Indonesia resmi bergabung sebagai anggota BRICS pada Januari 2025, menjadi anggota ke-10 setelah Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Masuknya Indonesia akan berdampak pada sektor industri khususnya terkait percepatan transformasi digital dan penguatan daya saing global.

Lebih lanjut, Agus mengatakan, bergabungnya Indonesia dalam BRICS membuka peluang dan berdampak positif bagi Indonesia, termasuk di sektor ekonomi, diplomasi, dan keuangan.

”Secara ekonomi, BRICS dapat membuka akses pasar yang lebih luas, akses pendanaan dari New Development Bank (NDB), dan diversifikasi mitra dagang,” jelas Agus Gumiwang.

Secara diplomasi, sambung Agus, BRICS menjadi platform untuk memperjuangkan reformasi ekonomi global dan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional.

Sedangkan, secara keuangan, BRICS dapat membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan menciptakan sistem finansial alternatif.

BRICS merupakan aliansi ekonomi negara-negara berkembang yang mewakili lebih dari 40 persen populasi dunia dan hampir seperempat produk domestik bruto (PDB) global.

Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota baru, BRICS semakin memperkuat posisi sebagai kekuatan ekonomi alternatif terhadap dominasi negara maju.

Menuju Industri Maju 4.0

Menperin juga menjelaskan, keterlibatan Indonesia dalam BRICS akan membuka peluang besar untuk mendorong transformasi industri dalam negeri menuju industri 4.0. Hal ini sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Indonesia berkomitmen dalam memajukan transformasi digital, smart manufacturing, dan otomatisasi industri guna meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional. Ini sejalan dengan semangat BRICS dalam memperkuat kerja sama teknologi dan inovasi,” tegasnya.

Menperin Agus menambahkan, pemerintah terus mendorong penguatan sektor industri utama melalui inovasi teknologi, percepatan pengembangan industri hijau yang berkelanjutan, serta membangun rantai pasok yang inklusif dan kuat.

Selain sektor industri besar, Agus juga menekankan pentingnya dukungan terhadap industri kecil dan menengah (IKM). Melalui kolaborasi BRICS, Indonesia akan memperluas akses pelaku IKM terhadap teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan efisiensi produksi dan penetrasi pasar.

“Digitalisasi dan AI bukan hanya milik industri besar. IKM kita harus bisa mengakses teknologi ini agar tidak tertinggal. Inilah pentingnya kerja sama dalam BRICS untuk memperkecil kesenjangan teknologi,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menperin menyoroti potensi besar Indonesia di sektor bioindustri dan ekonomi sirkular. Dengan kekayaan hayati dan sumber daya alam terbarukan, Indonesia dapat menjadi pemasok bioindustri global.

“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi lumbung bioindustri dunia. Kerja sama BRICS akan mempercepat pengembangan teknologi bioindustri dan mendorong ekonomi sirkular yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Juara MVA ASEAN

Menperin juga menegaskan bahwa BRICS menjadi wahana penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi industri nasional dalam perekonomian global yang berkelanjutan, inklusif, dan berbasis inovasi.

“Secara global, posisi Indonesia dalam industri manufaktur menunjukkan capaian yang membanggakan melalui hasil nilai Manufacturing Value Added (MVA),” ujarnya.

Merujuk data World Bank, MVA Indonesia mencapai USD255,96 miliar pada tahun 2023, yang menempatkan posisi ke-4 sebagai negara yang memiliki nilai MVA terbesar dari anggota BRICS setelah China (USD4.658,79 miliar), India (USD461,38 miliar), dan Brasil (USD289,79 miliar).

Sementara itu, negara anggota BRICS lainnya dengan MVA di bawah Indonesia, yakni Rusia sebesar USD251,58 miliar, disusul Iran (USD78,54 miliar), Mesir (USD59 miliar), Uni Emirat Arab (USD55,76 miliar), Afrika Selatan (USD49,35 miliar), dan Ethiopia (USD7,33 miliar).

Sedangkan, di kawasan Asia, posisi Indonesia menempati urut ke-5 setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan. Hebatnya, untuk di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki posisi teratas, melampaui Thailand dan Vietnam.

Rubrik Sama :

Presiden Prabowo: Perang Lawan Korupsi, Kita Singkirkan, Tidak Ragu Tanpa Pandang Bulu!

astakom Jakarta- Presiden Prabowo Subianto kembali memberikan peringatan kepada pegawai pemerintah maupun BUMN untuk bekerja dengan baik. Peringatan itu disampaikan Prabowo saat meresmikan pengoperasian...

Rangkaian HUT Bhayangkara ke-79, Kapolri Listyo Perdana Ziarah Makam Bung Karno

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melaksanakan ziarah ke Makam Bung Karno (MBK) di Blitar, Jawa Timur, Rabu (25/6).

Prabowo: Jika Pejabat Hentikan Pemborosan Anggaran Ekonomi Indonesia akan Tumbuh Pesat

astakom, Bondowoso - Presiden RI Prabowo Subianto meminta seluruh pejabat baik di tingkat pusat maupun daerah serta BUMN agar memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat...

Prabowo: Cadangan Minyak dan Gas Indonesia Besar, Tapi Masa Depan Kita EBT

astakom, Bondowoso - Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas yang melimpah. Namun, energi masa depan Indonesia yang perlu...
Cover Majalah

Update