astakom, Jakarta – Produk pertanian Indonesia bersiap menggebrak pasar global melalui jalur emas Uni Emirat Arab (UEA) sebagai pusat distribusi strategis.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) tengah menggenjot ekspor komoditas unggulan ke Timur Tengah, Afrika, hingga Eropa dengan menggandeng UEA sebagai mitra logistik utama.
Baca juga
Langkah ini diperkuat lewat pertemuan antara Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono dan Duta Besar UEA untuk Indonesia, Abdulla Salem Al Dhaheri di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Jumat (16/5).
Pertemuan tersebut menjadi bagian dari upaya mempererat kemitraan strategis antara Indonesia–UEA, khususnya di sektor pertanian.
“Hubungan erat yang terjalin sejak era Presiden Jokowi dan kini dilanjutkan oleh Presiden Prabowo menunjukkan adanya chemistry kuat antara kedua negara,” ujar Wamentan Sudaryono.
Dalam kesempatan itu, Sudaryono juga menegaskan pentingnya memperluas skala kerja sama yang telah berjalan, khususnya dalam hal ekspor, hilirisasi, dan pengolahan produk pertanian.
“Kita ingin menjajaki dan melanjutkan investasi yang sudah berjalan. Baik pengolahan daging, ekspor komoditas ke Timur Tengah, maupun menjangkau pasar Afrika dan Eropa,” katanya.
UEA selama ini menjadi mitra dagang utama Indonesia di kawasan Teluk untuk produk pertanian seperti telur, ayam, buah-buahan, kelapa sawit, hingga cengkeh.
Peran strategis negara tersebut sebagai penghubung distribusi lintas benua menjadi peluang besar untuk memperluas jangkauan ekspor RI.
“Kita kan ingin meningkatkan ekspor ya. Kita ingin meningkatkan jumlah yang kita bisa ekspor langsung ke seluruh dunia, dan kita butuh channel-channel itu. Salah satu channelnya adalah melalui Uni Emirat Arab,” jelas Wamentan Sudaryono.
Duta Besar Al Dhaheri menyambut positif inisiatif ini dan menekankan pentingnya implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) yang telah ditandatangani sejak 2022.
“Selama 2023, kami telah melihat buah dari CEPA, termasuk peningkatan signifikan dalam neraca perdagangan. Kami melihat potensi besar untuk menjembatani kepentingan kedua negara,” ucapnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan produk pertanian Indonesia–UEA mengalami surplus sekitar USD 499,89 juta pada 2024. Ini menunjukkan bahwa jalur ekspor melalui UEA tidak hanya potensial, tetapi juga terbukti menguntungkan.
Wamentan Sudaryono pun menegaskan bahwa Indonesia sangat terbuka terhadap investasi produktif yang mendorong penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.