astakom, Washington – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan akan memangkas ribuan posisi di CIA dan badan intelijen lainnya, termasuk Badan Keamanan Nasional atau (NSA).
Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi efisiensi pemerintahan Trump dalam memangkas jumlah pegawai federal, demikian laporan The Washington Post, Jumat (2/5).
Baca juga
Menurut laporan tersebut, CIA akan kehilangan sekitar 1.200 personel, sementara badan intelijen lain seperti NSA juga akan menghadapi pemangkasan signifikan.
Pelapor yang tidak disebut namanya mengetahui rencana ini kemudian mengonfirmasi pesan tersebut kepada Associated Press dengan akun anonim.
Dilansir dari theguardian.com, Pengurangan personel ini akan dilaksanakan secara bertahap selama beberapa tahun ke depan.
Prosesnya akan dilakukan melalui pengurangan perekrutan baru alih-alih pemutusan hubungan kerja (PHK) langsung.
Sebagian besar pemangkasan juga berasal dari program pensiun dini sukarela yang telah diikuti oleh beberapa ratus pegawai.
“Langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi holistik untuk memberikan energi baru bagi badan tersebut, menyediakan kesempatan bagi para pemimpin baru untuk muncul, dan menempatkan CIA pada posisi yang lebih baik untuk melaksanakan misinya,” kata CIA dalam pernyataan resminya sebagaimana dikutip astakom.com, Sabtu (3/5).
Direktur CIA saat itu, John Ratcliffe, menyatakan bahwa penyesuaian ini dilakukan untuk menyelaraskan operasional lembaga dengan prioritas keamanan nasional Presiden Trump.
Fokus utama diarahkan pada peningkatan intelijen dari sumber manusia serta penguatan strategi terhadap China.
Sementara itu, NSA juga menawarkan opsi pengunduran diri sukarela kepada sejumlah karyawan sebagai bagian dari restrukturisasi internal. CIA bahkan menyatakan akan memberhentikan sebagian pegawai baru yang direkrut belakangan ini.
Dalam langkah lain yang kontroversial, pemerintahan Trump juga dilaporkan telah menghapus program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI) di badan-badan intelijen.
Namun, upaya pemecatan terhadap 19 pegawai yang bekerja dalam program tersebut diblokir sementara oleh pengadilan.
Lebih mengejutkan, Trump secara tiba-tiba memecat Jenderal Tim Haugh, yang saat itu memimpin NSA dan Komando Siber Pentagon, sebagai bagian dari restrukturisasi kepemimpinan di sektor pertahanan digital.
Tulsi Gabbard, juru bicara direktur intelijen nasional yang mengoordinasikan 18 lembaga intelijen AS, tidak segera memberikan komentar atas langkah ini.