Minggu, 3 Agu 2025
Minggu, 3 Agustus 2025

KSAL Akui Indonesia Belum Miliki Sensor Bawah Laut

astakom.com, Jakarta – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkapkan bahwa Indonesia hingga saat ini belum memiliki sistem sensor keamanan bawah laut.

Dilansir dari antaranews.com, pengadaan alat tersebut pun baru diajukan ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI pada hari Senin (28/4).

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

“Jadi harusnya ada fixed sonar yang dipasang di bawah laut, tapi kita belum memiliki,” kata Laksamana Ali saat rapat bersama Komisi I DPR RI seperti yang dikutip astakom.com, Senin (28/4).

Ali menilai, ketiadaan sensor bawah laut menjadi kelemahan utama dalam mendeteksi keberadaan kapal selam asing yang melintas di wilayah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Tanpa sistem tersebut, aktivitas kapal selam asing tidak bisa termonitor dengan efektif.

Saat ini, TNI AL tengah mengembangkan Sistem Pusat Komando Pengendalian (Sispuskodal) tahap pertama untuk memperkuat konsep pemantauan keamanan laut nasional secara komprehensif, berkelanjutan, adaptif, responsif, dan inklusif.

“Dari Sispuskodal itu, pengawasan jarak jauh mencapai 50 persen dan pengawasan pesisir serta perairan teritorial sudah mencapai 30 persen. Namun, pengawasan bawah laut masih 0 persen,” ungkapnya.

Dalam pengembangan sistem tersebut, TNI AL bekerja sama dengan Singapura yang telah memiliki Information Fusion Center (IFC) berteknologi tinggi.

Indonesia juga telah menempatkan International Liaison Officer (ILO) di IFC untuk mendukung pertukaran informasi terkait kegiatan ilegal di kawasan.

“Dan kita menempatkan ILO di sana, untuk ikut mengamati dan memberikan data-data apabila ada anomali kegiatan ilegal di kawasan,” lanjutnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Elita Budiati mengaku prihatin atas kondisi tersebut. Ia menyoroti pentingnya investasi dalam teknologi sensor bawah laut, mengingat Indonesia memiliki perairan yang mencakup 65 persen dari total wilayah NKRI.

“Katanya alasannya alatnya itu sangat mahal. Semahal apapun kalau itu penting, apalagi ikut menjaga kedaulatan laut kita, itu wajib Pak,” tegas Elita kepada KSAL.

Elita menekankan bahwa ancaman di bawah laut sangat serius dan Indonesia harus segera meningkatkan kemampuan pertahanannya di bidang tersebut untuk menjaga kedaulatan nasional.

Rubrik Sama :

Penerbangan Terakhir Pemilik Call Sign ‘Red Wolf’, Siapa Fajar Adriyanto?

astakom Jakarta - Kecelakaan pesawat latih jenis Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 milik Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI), di Ciampea, Bogor, pagi...

Dua Kapal TNI AL Laksanakan Passex di Laut Mediterania

astakom, Turki - KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan KRI Brawijaya-320 TNI AL, laksanakan Passing Exercise (Passex), di selatan perairan Turki, Sabtu (2/8). Passex kedua...

Sidang Pantukhir Pusat Taruna Akademi TNI

astakom, Magelang - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto didampingi para Kepala Staf Angkatan memimpin Sidang Pantukhir Pusat penerimaan Taruna Akademi TNI TA 2025,...

Kemhan Gelar Bimtek Jurnalistik 2025: Perkuat Peran Digital dalam Pertahanan Nasional

Dalam upaya memperkuat ketahanan informasi dan meningkatkan kualitas komunikasi publik, Biro Informasi dan Pengolahan Data (Infohan) Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan (Setjen Kemhan) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Peliputan dan Jurnalistik pada 29–30 Juli 2025 di Aula Biro Infohan, Jakarta.
Cover Majalah

Update