astakom.com, Beirut – Ketegangan di Lebanon kembali memanas setelah jet tempur Israel mengebom pinggiran selatan Beirut pada Minggu (27/4). Serangan itu sekaligus menandai serangan ketiga ke ibu kota Lebanon sejak gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah pada November 2024.
Dilansir dari euronews.com, sekitar satu jam sebelum serangan, Israel telah mengeluarkan peringatan resmi, menyatakan bahwa mereka menargetkan fasilitas Hizbullah di daerah Hadath dan mendesak warga untuk menjauh setidaknya 300 meter dari lokasi sasaran.
Baca juga
Dua serangan peringatan dilaporkan terjadi setelahnya. Hingga kini, belum ada laporan korban jiwa dari insiden tersebut.
Sebelum serangan, suara jet tempur terdengar menggelegar di atas beberapa bagian Beirut, terutama di sekitar daerah Al-Jamous.
Tembakan peringatan dilepaskan ke udara untuk mengingatkan penduduk agar segera meninggalkan wilayah tersebut, menyebabkan kepanikan dan eksodus sejumlah keluarga.
Selama konflik sebelumnya antara Israel dan Hizbullah, daerah pinggiran selatan Beirut telah menjadi target serangan intensif, mengingat kuatnya dukungan dan pengaruh Hizbullah di wilayah itu.
Israel menganggap daerah tersebut sebagai basis militan, tempat penyimpanan senjata, dan telah menewaskan beberapa pemimpin senior Hizbullah di sana, termasuk kepala Hassan Nasrallah.
Serangan terbaru ini mengikuti dua serangan sebelumnya, pertama pada 28 Maret, di mana Israel juga mengeluarkan peringatan, dan kedua pada 1 April, yang menewaskan empat orang, termasuk seorang pejabat Hizbullah.
Hizbullah memperingatkan bahwa jika serangan-serangan Israel berlanjut tanpa tindakan dari pemerintah Lebanon, mereka akan beralih ke alternatif lain.
Pemimpin Hizbullah, Sheikh Naim Kassem, menegaskan bahwa para pejuangnya tidak akan meletakkan senjata selama Israel terus melanggar wilayah udara Lebanon dan mempertahankan kehadiran militernya di Lebanon selatan.
Menurut kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada November lalu, pasukan Israel seharusnya sudah ditarik dari seluruh wilayah Lebanon pada akhir Januari. Sementara Hizbullah diwajibkan menarik senjatanya ke utara Sungai Litani, sepanjang perbatasan dengan Israel.
Selain serangan di Beirut, serangan pesawat tak berawak Israel juga dilaporkan menewaskan seorang pria di desa Halta, Lebanon selatan, menurut keterangan dari Kementerian Kesehatan Lebanon.
Pemerintah Lebanon terus mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar menghentikan serangan yang hampir terjadi setiap hari di wilayah selatan dan timur negara tersebut.
Lebanon juga menuntut Israel menarik pasukannya dari lima puncak bukit yang masih mereka duduki di wilayah Lebanon.
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mengecam keras serangan terbaru ini dan meminta Amerika Serikat serta Prancis dua negara yang menjadi penjamin gencatan senjata untuk segera bertindak.
“Kami meminta mereka untuk memikul tanggung jawab mereka dan memberi tekanan pada Israel agar menghentikan serangannya,” kata Presiden Aoun.
Sementara itu, Israel menyatakan bahwa serangan mereka ditujukan untuk menargetkan anggota dan infrastruktur Hizbullah di wilayah Lebanon.