astakom, Jakarta – TNI menegaskan tidak ada instruksi kepada prajurit untuk bersikap represif atau mengintimidasi kampus dan mahasiswa.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyampaikan hal tersebut usai upacara penyambutan Satgas Kontingen Garuda UNIFIL di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis, (24/4).
“Tidak ada perintah untuk represif, mengintimidasi, apalagi mencampuri urusan kampus,” tegas Mayjen TNI Kristomei Sianturi.
Kapuspen menyebut isu TNI masuk kampus telah dibesar-besarkan. Kerena menurutnya, kerja sama antara TNI dan dunia kampus sudah berlangsung lama, mulai dari pelatihan pertanian hingga pengembangan teknologi pertahanan seperti drone, radar, dan senjata.
Bahkan, pelatihan bela negara pun, katanya, diberikan atas permintaan kampus, bukan inisiatif sepihak TNI.
“Dari dulu kerja sama itu selalu ada. Dan berlangsung sudah lama. Contoh, misalnya prajurit TNI dilatih di IPB dalam rangka bekal untuk kompi pertanian. Kemudian kami TNI juga menggandeng teman‑teman dari universitas untuk pengembangan radar, drone, pengembangan senjata,” tambahnya.
Kristomei Sianturi mengajak publik, terutama mahasiswa, untuk kritis terhadap narasi negatif tersebut. Ia khawatir isu itu sengaja digulirkan untuk membenturkan TNI dan mahasiswa serta melemahkan sistem pertahanan negara.
“TNI tidak bermasalah dengan mahasiswa. Jangan sampai narasi ini justru memecah belah dan merongrong pemerintahan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan soal kehadiran babinsa di kampus belakangan ini. Menurutnya, itu bagian dari tugas monitoring wilayah, bukan untuk memata-matai. Tugas tersebut penting sebagai persiapan menghadapi ancaman seperti perang gerilya.
“Babinsa harus tahu siapa saja warganya, potensi wilayahnya. Itu bagian dari sistem pertahanan rakyat semesta,” pungkasnya