astakom, Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto dengan tegas menyatakan, bahwa Indonesia tidak akan berlutut pada Amerika Serikat (AS), meskipun dihantam dengan tarif tinggi sekalipun.
Pada dasarnya, Indonesia sebagai bangsa yang besar menghormati segala keputusan negara lain, termasuk keputusan Presiden AS Donald Trump yang menerapkan tarif tinggi ke sejumlah negara mitra, termasuk Indonesia.
Baca juga
Itu sebabnya Prabowo mengutus delegasi Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS, dengan tujuan untuk mencapai kerjasama perdagangan yang adil dan saling menguntungkan.
“Kita dihantam tarif berapapun, kita akan berunding, akan negosiasi, kita hormati. Tapi, Kita percaya kepada kekuatan kita sendiri,” kata Prabowo dalam pernyataannya di Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4) seperti dikutip astakom.com.
Prabowo lantas berbicara terkait kemungkinan pahit apabila AS tetap enggan untuk membuka pasar untuk Indonesia, ia dengan tegas Indonesia masih bisa bertahan. Sebab, kata dia, Indonesia bukan negara yang bergantung pada asing.
“Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive, kita akan tambah kuat, kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri,” tegasnya.
“Kita tidak akan pernah menyerah, Kita tidak akan pernah berlutut, Kita tidak akan pernah mengemis, kita tidak akan pernah minta-minta kasian orang lain,” tegasnya menambahkan.
Baginya, Indonesia adalah negara yang tidak perlu berharap belas kasihan dari negara lain. Sebab Indonesia akan swasembada pangan, bahkan akan menjadi lumbung pangan dunia.
“Tidak perlu dikasiani, bangsa Indonesia tidak perlu dikasiani. Kita akan swasembada pangan. Kita akan menjadi lumbung pangan dunia,” ucapnya dengan nada penuh semangat.
Pernyataan itu senada dengan fakta terkait AS yang diungkap oleh influencer asal Indonesia, Raymond Chin. Dimana AS merupakan negara dengan importir terbesar di dunia.
“Amerika jadi negara dengan importir paling besar di dunia, kalau tidak salah sekitar 3,4 triliun dolar,” tutur Raymond dalam video di kanal YouTube pribadinya, yang dikutip astakom.com, Kamis (24/4).
Adapun saat ini, ketegangan global menurut Raymond bukan terkait perang dagang global, melainkan perang dagang antara AS dengan China, yang sama ingin adu kekuatan untuk memperebutkan posisi ekonomi terkuat di dunia.
“Trump ini tidak mau kalah sama Xi Jinping (Presiden China) dan sekarang makin jelas, tanggal 2 April 2025 ada tarif resiprokal Trump,” ucapnya.
Dalam video terbarunya, Raymond menyebut bahwa pemenang perang dagang antar negara besar ini adalah China. Namun begitu, ia menyadari bahwa sistem politik luar negeri Indonesia adalah politik yang bebas aktif.
Dia lantas menyebut, pertarungan antara AS dan China bisa menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk masuk sebagai salah satu nominasi negara terkuat di dunia.
Untuk itu, ia mendorong pemerintah untuk fokus pada nilai tawar utama Indonesia untuk pasar global, yang setidaknya akan menjadi daya ledak bangsa di masa depan, seperti Indonesia yang diyakini menjadi lumbung pangan dunia.
“Right now, kalo misalnya banyak dari fondasi-fondasi masa depan, which is teknologi, manufacturing yang advanced, bahkan distribusi global,” jelasnya.
“Gimana cara kita siap-siap dan justru bisa ikutan jadi raja baru pas ada penggulingan raja lama,” pungkasnya.