Astakom, Jakarta – Generasi Z atau Gen Z kerap menjadi bahan perbincangan publik. Namun sayangnya, pembicaraan terhadap generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini lebih sering dalam konteks negatif.
Mereka kerap dilekatkan dengan berbagai stigma, negatif, seperti mudah bosan, terlalu banyak tuntutan, snowflake-ism, hingga dicap sebagai “generasi manja”. Namun, benarkah stereotip tersebut mencerminkan kenyataan?
Baca juga
Seorang akademisi yang juga menjabat sebagai Kepala Career Development Center (CDC) Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Achniah Damayanti menyampaikan pandangannya, bahwa setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing.
Menurutnya, Gen Z tidak hanya identik dengan hal-hal yang negatif. Banyak pula sifat positif dari generasi ini yang patut diapresiasi, seperti semangat eksplorasi dan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan zaman.
Gen Z juga dikenal sebagai generasi yang berani menyuarakan hak-hak mereka dan tidak ragu untuk memperjuangkannya. “Semua sifat positif yang dimiliki mereka sebenarnya bagus jika diarahkan dengan benar,” ujar Achniah seperti dikutip astakom.com, Sabtu (19/4).
Sebagai sosok yang berkecimpung dalam dunia pengembangan karier mahasiswa, Achniah menilai bahwa peran berbagai pihak sangat diperlukan untuk membimbing Gen Z agar mereka dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan negara.
Ia menegaskan bahwa CDC, baik di UGM maupun kampus lainnya, memiliki peran yang sangat krusial. CDC, menurut Achniah, bukan hanya sekadar tempat untuk mencari lowongan pekerjaan, melainkan ruang pembekalan agar mahasiswa mampu mengambil keputusan yang matang dan memahami risiko dari setiap pilihan.
Achniah turut menyoroti permasalahan umum yang sering dialami mahasiswa, yakni kebingungan menjelang kelulusan. Banyak dari mereka belum mengenali passion dan potensi diri secara mendalam, padahal hal tersebut seharusnya sudah dimulai sejak awal masa perkuliahan.
“Anak-anak sekarang mungkin sering mengeluhkan juga adalah FOMO (fear of missing out) karena banyak temannya yang sudah sampai tahap ABC, sementara mereka belum sampai ke situ,” ujar Achniah.
Bagi Gen Asta yang mungkin sedang berada dalam fase tersebut, Achniah memberikan sejumlah saran, antara lain aktif mengikuti kegiatan kampus, mengeksplorasi berbagai pengalaman, serta memperluas jaringan sosial.
“Upaya meningkatkan kemampuan sosial dengan aktif membangun jejaring juga tak kalah penting dan bisa bermanfaat dalam perkembangan karir ke depan,” tambahnya.
Lebih lanjut, wanita lulusan LPDP itu juga menekankan pentingnya peran tenaga pengajar, terutama dosen, dalam mendukung proses pengembangan karir para mahasiswa, utamanya para gen Z.
Ia mendorong agar dosen lebih kreatif dalam mengajar, memberi ruang belajar yang fleksibel, serta memperbolehkan mahasiswa untuk belajar dari berbagai sumber yang kredibel.
“Mereka ini generasi yang cukup adaptif dan mampu mengikuti perkembangan zaman dengan cepat. Jadi saya rasa memberikan trust kepada mereka dalam proses belajar mengajar itu juga salah satu yang saya rasa perlu dilakukan,” pungkas Achniah.(**)