astakom, Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa negosiasi antara Rusia dan Ukraina “hampir mencapai puncaknya” dan menegaskan tidak ada pihak yang “mempermainkannya” dalam upaya mengakhiri konflik berkepanjangan tersebut.
“Sekarang, jika karena alasan tertentu, salah satu dari kedua pihak mempersulit keadaan, kami akan mengatakan Anda bodoh. Anda bodoh, Anda orang-orang yang mengerikan. Dan kami akan bersikap santai saja. Namun, mudah-mudahan, kami tidak perlu melakukan itu.” ucap Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam keterangannya sebagaiman diktuip astakom.com, Sabtu (19/4).
Baca juga
Menlu AS Marco Rubio menyampaikan penilaian suram usai pertemuan di Paris antara pejabat AS, Ukraina, dan Eropa yang disebut menghasilkan garis besar menuju perdamaian.
Pertemuan lanjutan dijadwalkan berlangsung pekan depan di London. Rubio menyebut pertemuan tersebut bisa menjadi penentu keterlibatan AS ke depan.
“Kita sekarang mencapai titik di mana kita perlu memutuskan apakah ini mungkin atau tidak, karena jika tidak, maka saya pikir kita akan terus maju. Ini bukan perang kita. Kita punya prioritas lain untuk difokuskan.” ujar Rubio kepada wartawan.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Rubio juga menyampaikan peringatan yang sama dalam panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte.
“Jika jalan yang jelas menuju perdamaian tidak segera muncul, Amerika Serikat akan mundur dari upaya untuk menengahi perdamaian,” kata Rutte dalam pernyataan.
Trump mendukung pandangan Rubio namun belum menyatakan komitmen untuk mundur. “Yah, saya tidak ingin mengatakan itu,” ujar Trump. “Tapi kami ingin melihatnya berakhir.”
AS dan Ukraina disebut hampir menyelesaikan kesepakatan penting terkait sumber daya mineral Ukraina. Trump menyebut, “Kami memiliki kesepakatan mineral,” pada Kamis.
Menteri Ekonomi Ukraina Yuliia Svyrydenko mengatakan nota kesepahaman telah ditandatangani bersama Menteri Keuangan AS Scott Bessent.
Kesepakatan ini diharapkan mendorong investasi besar, modernisasi infrastruktur, dan kerja sama jangka panjang antara kedua negara.
Negosiasi sebelumnya sempat terhambat pada Februari akibat ketegangan dalam pertemuan Oval Office antara Trump, JD Vance, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Rubio menegaskan bahwa pembicaraan di Paris bersifat konstruktif. Ia menyampaikan hasilnya kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, meski tidak mengungkap tanggapan Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, “Rusia tengah berupaya keras untuk menyelesaikan konflik ini, mengamankan kepentingannya sendiri, dan terbuka untuk berdialog. Kami terus melakukan ini.”
Peskov juga menegaskan bahwa gencatan senjata 30 hari yang sebelumnya disepakati secara prinsip kini telah berakhir, namun belum ada keputusan langkah lanjutan dari Moskow.
Di tengah upaya diplomatik, Rusia melanjutkan serangan terhadap kota-kota di Ukraina. Serangan di Kharkiv pada Jumat menewaskan satu orang dan melukai 98 lainnya, termasuk enam anak-anak, menurut Wali Kota Ihor Terekhov.
Di Sumy, sebuah drone Rusia menyerang toko roti, menewaskan satu pelanggan dan melukai seorang karyawan. Foto dari kejaksaan menunjukkan kerusakan parah dengan kue Paskah tertutup debu dan puing-puing di sekitarnya.
Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah 34 orang tewas dalam serangan rudal di kota tersebut pada perayaan Minggu Palma.
Sebelumnya, pada 4 April, serangan rudal lainnya menewaskan 20 orang di Kryvyi Rih, kota kelahiran Zelenskyy.
Pejabat diplomatik Prancis yang terlibat dalam perundingan Paris mengatakan AS siap menerapkan strategi “wortel dan tongkat” dan memahami pentingnya “hubungan kekuatan” untuk memaksa komitmen kedua belah pihak.
Meski sanksi dibahas, pejabat tersebut menegaskan bahwa Uni Eropa tidak sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Rusia. “Uni Eropa perlu menggunakan semua instrumen yang kami miliki,” tegasnya.
Rusia, sementara itu, menolak gencatan senjata menyeluruh kecuali Ukraina menghentikan mobilisasi dan aliran senjata dari Barat syarat yang ditolak oleh Kyiv.
Pembicaraan Paris merupakan pertama kalinya pejabat tinggi dari AS, Ukraina, dan Eropa bertemu sejak pelantikan Trump. Pertemuan ini mencakup diskusi jaminan keamanan jangka panjang bagi Ukraina.
Thomas Wright, mantan penasihat Dewan Keamanan Nasional, menilai pendekatan Trump dalam negosiasi memberikan tekanan lebih besar kepada Ukraina.
“Satu-satunya cara untuk mengakhiri perang adalah dengan meningkatkan tekanan pada Putin agar berunding secara serius,” ujarnya.
Wright memperingatkan bahwa penarikan dukungan AS akan membantu Rusia namun tidak otomatis mengakhiri perang.
“Dan satu-satunya cara untuk benar-benar melakukannya adalah dengan mempertahankan dan mengintensifkan dukungan untuk Ukraina di medan perang,” pungkasnya. (**)