astakom, Florida – Seorang mahasiswa pascasarjana Univerisitas Negeri Florisa (FSU), Madison Askins menceritakan detik-detik mengerikan saat dirinya menjadi korban penembakan di kampus.
Dalam momen yang mencekam dan mengubah hidup selamanya, perempuan berusia 23 tahun itu mengaku harus berpura-pura mati agar selamat dari tembakan pelaku bersenjata.
Dikutip dari Abcnews.go.com, penembakan terjadi pada Kamis lalu di dekat serikat mahasiswa FSU. Posisi Askins saat itu sedang berjalan santai bersama temannya ketika suara tembakan pertama terdengar.
“Kami lari, Sayangnya, saya terjatuh.” ucap Madison dalam keterangannya seperti yang dikutip astakom, Sabtu (19/4).
Dilansir dari AFP, korban penembakan teridentifikasi sebanyak dua orang tewas dan enam lainnya luka-luka. Sedangkan pelakunya diidentifikasi sebagai Phoenix Ikner, mahasiswa berusia 20 tahun yang ternyata merupakan putra dari seorang deputi sheriff Leon County.
Yang lebih mengejutkan, pihak kepolisian mengungkap bahwa senjata yang digunakan Ikner dalam aksi brutal tersebut diduga merupakan senjata dinas lama milik sang ayah.
Saat ini, aparat tengah melakukan penyelidikan mendalam untuk memastikan bagaimana senjata itu bisa berada di tangan pelaku.
Dalam keadaan terluka, Askins memilih diam dan mengingat nasihat kedua orang tuanya saat terjadi situasi tembak-menembak aktif: berpura-pura mati.
“Saya mengendurkan semua otot di tubuh saya, memejamkan mata, dan menahan napas,” ujarnya. “Saya mengambil napas pendek di sela-sela, hanya saat saya benar-benar butuh.”
Ia mengaku sempat tergoda untuk meraih ponsel guna menyampaikan pesan terakhir. “Saya ingin menelepon ayah saya, memberi tahu dia bahwa saya mencintainya,” katanya sambil menangis.
Namun ia segera mendengar langkah kaki mendekat si pelaku tengah mengisi ulang peluru. “Saya mendengarnya dengan tenang berkata, ‘Teruslah berlari.’ Saya tahu pasti jika saya bergerak, dia pasti akan menembak saya lagi.”
Dengan keberanian luar biasa, Askins memilih tetap tak bergerak. Ketegangan itu baru berakhir ketika seorang petugas datang menyelamatkannya.
“Dia membalut luka saya dan mengawasi area sekitar. Saya tahu semuanya sudah berakhir saat beberapa petugas datang dan mengatakan mereka berhasil menangkapnya. Saya bisa bernapas lega.”
“Saya senang bisa bersama keluarga, senang bisa terus maju. Saya sudah menyiapkan magang. Saya sangat siap untuk melakukannya,” katanya penuh tekad. “Aku tidak akan membiarkan hal itu menghancurkanku. Tidak. Dia tidak akan mendapatkan itu dariku.”(**)