astakom, Jakarta – Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 pada Rabu (16/4), mengusung tema “Profesional, Modern, Adaptif, dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Peringatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi menjadi refleksi atas perjalanan panjang satuan elit TNI AD yang telah mengukir banyak kisah heroik dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Didirikan pada 16 April 1952 dengan nama awal Kesatuan Komando Teritorium III, Kopassus berkembang menjadi pasukan khusus yang disegani dunia. Dikenal lewat operasi-operasi militer penuh risiko tinggi, kemampuan tempur dan intelijen mereka membuat Kopassus sering menjadi garda terdepan dalam menghadapi ancaman negara.
Baca juga
Salah satu sosok penting dalam sejarah panjang Kopassus adalah Jendral TNI (Purn) Prabowo Subianto, yang pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus pada era 1995–1998. Kini, Prabowo telah melangkah lebih jauh, mengukir sejarah sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8. Namun, perjalanan menuju tampuk kepemimpinan tertinggi negeri ini tak terlepas dari tempaan keras semasa berdinas di satuan baret merah tersebut.
Prabowo Subianto dikenal luas sebagai figur militer yang tegas, disiplin, dan penuh perhitungan. Sebagai Danjen Kopassus, ia memimpin pasukan dalam berbagai operasi penting. Salah satu misi yang paling dikenang adalah operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, pada 1996. Misi itu menorehkan catatan penting bagi Kopassus dalam hal operasi pembebasan dengan risiko tinggi di medan berat dan penuh ketidakpastian.
Kepemimpinan Prabowo selama menjabat sebagai Danjen juga ditandai dengan upaya modernisasi pasukan dan penguatan profesionalisme. Ia menanamkan prinsip bahwa keberhasilan satuan bukan ditentukan oleh peralatan canggih semata, melainkan oleh kekuatan mental, intelektual, dan dedikasi prajuritnya. Prinsip itu terbawa hingga ke dalam perannya sebagai Menteri Pertahanan, dan kini sebagai Presiden RI.
Di dalam buku Kopassus untuk Indonesia – Profesionalisme Prajurit Kopassus karya Iwan Santosa dan EA Natanegara memberikan gambaran lebih dalam tentang semangat juang dan loyalitas para prajurit Kopassus. Diterbitkan dengan restu resmi dari institusi, buku ini mengungkap kisah-kisah yang selama ini tidak terangkat ke publik.
Sersan Badri dalam (nama samaran), seorang anggota Sandhi Yudha, menyusup ke dalam jaringan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) selama masa darurat militer tahun 2003. Ia menjalani kehidupan penuh sandiwara demi menggali informasi yang krusial. Kisah ini menunjukkan kemampuan intelijen luar biasa dari para prajurit yang bekerja di balik layar, tanpa tanda jasa.
Cerita lain datang dari Letkol Nyoman Cantiasa, yang saat itu berpangkat Kapten. Dalam kerusuhan Ambon tahun 2001, pasukan Kopassus yang dipimpinnya berhasil mengungkap provokator yang menggunakan sniper gelap untuk memicu konflik. Investigasi membawa mereka ke Hotel Wijaya II, yang menjadi pusat kendali para perusuh.
Buku ini juga mengangkat kembali peristiwa legendaris Operasi Naga di Merauke, Papua, pada 1960-an, di mana Kapten Benny Moerdani menjadi target utama Belanda yang bahkan menetapkan hadiah 500 gulden bagi siapa saja yang bisa menangkapnya. Kisah ini menjadi simbol dedikasi dan keberanian dalam mempertahankan tanah air.
Kopassus tidak hanya hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Buku ini juga mencatat capaian generasi muda, seperti Mayor (Inf) Alzaki, penerima The Simon Interagency Writing Award di Amerika Serikat, serta Mayor (Inf) Fictor J. Situmorang, alumni latihan berat pasukan Ranger di Fort Benning. Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa Kopassus terus menjaga regenerasi dengan standar tinggi, memastikan kualitas prajurit tetap unggul dalam skala global.
Dalam salah satu kutipan yang menyentuh dari Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, disampaikan kepada para prajurit muda:
“Kalian adik-adik dan anak-anakku adalah penerus kami para senior yang hidup bersamamu di masa kini yang sudah lewat. Kalian semua hidup di masa kini dan masa yang akan datang.”
Pesan ini menjadi semangat yang terus diwariskan dari generasi ke generasi, termasuk kepada Prabowo Subianto yang kini mengemban amanah sebagai Presiden RI, tetapi tetap membawa semangat Kopassus dalam setiap kebijakan dan tindakannya.
Perayaan HUT ke-73 menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen Kopassus sebagai pasukan profesional yang setia kepada negara. Dari medan pertempuran hingga ruang diplomasi, dari Mapenduma hingga Istana Negara, semangat baret merah tetap menyala.