astakom, Turki – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengusulkan pendekatan kolaboratif dalam menyelesaikan sengketa teritorial di Laut China Selatan. Dalam pernyataannya pada forum Antalya Diplomacy Forum (ADF) 2025 di Antalya, Turki, pada hari Jumat (11/4). Prabowo menekankan pentingnya kerja sama antarnegara kawasan guna menghindari konflik dan mendorong kesejahteraan bersama.
“Klaim teritorial bertentangan, karena kita telah ditundukkan selama berabad-abad oleh dominasi asing. RRC mengklaim secara historis ribuan tahun lalu nelayan Tiongkok telah menangkap ikan di perairan tersebut, dan kami mengklaim selama ribuan tahun lalu nelayan Indonesia, memiliki ikan di perairan tersebut,” kata Presiden Prabowo dalam dialognya seperti yang dikutip astakom, Sabtu (12/4).
Lebih lanjut, Prabowo mengajak negara-negara yang terlibat untuk membangun mekanisme kerja sama konkret dalam pemanfaatan sumber daya laut secara adil dan berkelanjutan.
“Mengapa kita tidak memiliki pembangunan bersama, mari kita daftarkan berapa ratus kapal Tiongkok, berapa ratus kapal Indonesia dalam kerangka batasan internasional sehingga kita tidak memiliki penangkapan ikan yang berlebihan. Mari kita berikan lisensi dan semua orang mendapat manfaat,” jelasnya.
Prabowo mengungkapkan bahwa pendekatan serupa juga telah diajukan kepada negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia.
“Saya mengusulkan ini juga kepada orang Vietnam, saya mengusulkan ini kepada orang Malaysia. Jadi ini pendekatan saya: mari kita bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan,” tambahnya.
Sebagai penutup, Prabowo menegaskan bahwa prinsip kolaborasi merupakan fondasi dari diplomasi Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik di kawasan.
“Pada akhirnya saya selalu mengusulkan kolaborasi,” tegasnya.
Pernyataan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang mengedepankan solusi damai dan kerja sama dalam menjaga stabilitas serta kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya. (**)