Kamis, 14 Agu 2025
Kamis, 14 Agustus 2025

Ini 8 Makna Tradisi Lebaran Ketupat yang Wajib Kamu Tahu

astakom, Jakarta – Selain merayakan Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal, masyarakat Jawa memiliki satu tradisi unik yang digelar tepat sepekan setelahnya, yaitu Lebaran Ketupat.

Tahun ini, berdasarkan hasil Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama pada Sabtu (29/3/2025), 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Maka, perayaan Lebaran Ketupat diperingati pada Senin, 7 April 2025, bertepatan dengan 8 Syawal.

Berikut delapan makna lebaran ketupat yang wajib kamu ketahui:

1. Asal-usul Lebaran Ketupat berakar dari tradisi Islam yang dibawa oleh Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, di Pulau Jawa. Tradisi ini muncul sebagai bentuk perayaan setelah umat Islam melaksanakan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, yang dimulai setelah Idul Fitri.

2. Nama “Lebaran Ketupat” berasal dari kata “ketupat,” yaitu makanan khas yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman daun kelapa muda. Dalam budaya Jawa, ketupat mengandung makna simbolik sebagai bentuk pengakuan kesalahan (ngaku lepat) dan saling memaafkan.

3. Waktu pelaksanaan Lebaran Ketupat biasanya jatuh pada hari ketujuh setelah Idul Fitri, yaitu setelah umat Islam menunaikan puasa Syawal selama enam hari. Perayaan ini menjadi momen lanjutan dari Idul Fitri dengan nuansa yang lebih kekeluargaan dan lokal.

4. Ketupat sebagai simbol mengandung filosofi mendalam. Bentuk anyaman luar yang rumit menggambarkan kesalahan manusia, sementara isi beras yang putih dan bersih melambangkan hati yang suci setelah melewati Ramadan dan saling memaafkan.

5. Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya ditemukan di Jawa, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia dengan nama dan bentuk perayaan yang sedikit berbeda. Di Madura, Lombok, hingga Kalimantan, tradisi ini dilaksanakan dengan ciri khas daerah masing-masing.

6. Kegiatan khas Lebaran Ketupat meliputi berkumpul bersama keluarga, makan bersama dengan menu utama ketupat dan lauk khas seperti opor ayam, rendang, atau sayur labu. Ini menjadi ajang silaturahmi lanjutan, terutama bagi yang tidak sempat berkunjung saat Idul Fitri.

7. Makna sosial Lebaran Ketupat sangat kuat dalam membangun kembali hubungan antarwarga dan keluarga. Ini adalah momentum untuk mempererat tali persaudaraan, menghapus rasa bersalah, dan memperbaiki hubungan yang renggang.

8. Lebaran Ketupat hingga kini masih dilestarikan di banyak tempat di Indonesia, menunjukkan kuatnya perpaduan antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Tradisi ini menjadi bukti bahwa Islam di Indonesia tumbuh bersama kearifan lokal yang memperkaya makna ibadah dan sosial masyarakat.

Rubrik Sama :

Angkat Budaya Gayo, Film ‘Black Coffee’ Mendapat Apresiasi Menteri Ekraf

astakom.com, Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf) Teuku Riefky Harsya menilai, film-film hiperlokal bisa dinikmati secara nasional, bahkan bisa ikut serta ke festival internasional...

JMFW 2026 Diluncurkan, Busan: Kukuhkan Jakarta Kiblat Tren Modest Fashion Masa Depan

astakom.com, Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso meluncurkan ajang modest fashion Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2026, di Jakarta, Selasa, (12/8). Peluncuran ini sekaligus menandai...

Luncurkan Prangko Para Pendiri bangsa, Menbud: Penghormatan kepada Tokoh Penuntun Arah Kemerdekaan

astakom, Jakarta – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, prangko merupakan jembatan diplomasi yang menghubungkan berbagai bangsa. Lebih dari sekadar benda pos, prangko menjadi arsip...

Legislator Usul Sejarah dan Sastra Jadi Mata Pelajaran Wajib di Sekolah dalam RUU Sisdiknas

astakom.com, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mengusulkan agar mata pelajaran Sejarah dan Sastra dijadikan mata pelajaran wajib dalam revisi Undang-Undang...

Terkini

Viral

Videos