astakom, Jakarta – Sebagai bentuk perhatian dan solidaritas atas bencana gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter yang terjadi di Myanmar, Pemerintah Indonesia mengirimkan Satgas Bantuan Kemanusiaan yang melibatkan sejumlah Kementerian dan Lembaga, seperti Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan,Kementerian Luar Negeri, TNI, BNPB, Basarnas dan sejumlah instansi lainnya.
Operasi ini, merupakan tindak lanjut dari perintah Presiden RI Prabowo Subianto dan langkah konkret Panglima TNI yang telah memerintahkan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) dan Sub Satgas, termasuk penyiapan kapal perang beserta personelnya.
Untuk meyakinkan penyiapannya, dilaksanakan Apel Gelar Kesiapan Operasi Bantuan Kemanusiaan. Apel tersebut dipimpin Panglima TNI yang diwakilkan oleh Asisten Operasi (Asops) Laksamana Muda TNI Yayan Sofiyan, di Kolinlamil, Jakarta Utara, pada Senin (31/3) seperti dikutip dari kemhan.go.id.
Salah satu kapal yang disiapkan untuk mendukung operasi ini adalah Kapal Republik Indonesia (KRI) dr. Radjiman Wedyodiningrat-992, yang rencana berangkat dari Pangkalan Utama TNI AL (Kolinlamil). Sebagai sarana utama pengiriman bantuan, KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 ini memiliki fasilitas rumah sakit kontainer (containerized hospital) dengan peralatan medis lengkap serta didukung oleh tenaga kesehatan dari berbagai unsur, diperkirakan perjalana laut ini akan menempuh waktu sekitar empat hari.
Dalam sambutannya, Asops KSAL menegaskan pentingnya pelaksanaan tugas operasi kemanusiaan ini, dengan penuh tanggung jawab.
“Kita melaksanakan Apel Gelar Kesiapan Operasi Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri untuk membantu korban gempa di Myanmar. Presiden RI telah memerintahkan jajarannya untuk segera bertindak, karena itu, laksanakan tugas dengan sungguh-sungguh,” ujar Asops.
Giat ini, merupakan bagian dari operasi militer selain perang (OMSP), sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004yang mencakup tugas TNI dalam membantu penanggulangan bencana serta bantuan kemanusiaan di dalam maupun luar negeri.