Selasa, 8 Jul 2025
Selasa, 8 Juli 2025

Fenomena “Italian Brainrot” Ketika Meme Absurd AI Menjadi Budaya Pop Baru

astakom, Jakarta – Media sosial global tengah dihantam gelombang meme absurd yang dijuluki “Italian Brainrot”, sebuah tren visual dan audio hasil kombinasi kecerdasan buatan (AI) dan imajinasi liar generasi Z.

Konten-konten ini menampilkan karakter tak masuk akal seperti hiu berkaki sepatu Nike hingga balerina berkepala cangkir cappuccino, yang justru menarik jutaan penonton karena sifatnya yang surreal dan menghibur.

Fenomena ini muncul pertama kali di TikTok dan Reddit pada awal 2025 dan dengan cepat menyebar ke Instagram, YouTube Shorts, dan bahkan forum-forum komunitas gamer. Ciri khas meme ini adalah karakter aneh hasil generate AI yang dibalut suara narator bergaya logat “Italia palsu” dan narasi berlebihan seperti opera.

Beberapa karakter yang paling dikenal publik antara lain:

  • Tralalero Tralala: seekor hiu berkaki tiga yang memakai sepatu Nike dan suka menari.
  • Bombardiro Crocodilo: buaya hibrida dengan pesawat tempur Perang Dunia II.
  • Ballerina Cappuccina: penari balet elegan dengan kepala berbentuk cangkir kopi berbuih.
  • Setiap video biasanya diberi narasi bombastis seperti:

“Tralalero Tralala tidak bisa dihentikan! Dia melintasi lautan Italia demi satu tujuan: MENARI!”

Meski terkesan konyol, fenomena “Italian Brainrot” bukan sekadar tren lucu. Beberapa ahli menyebut tren ini sebagai “simbol kebangkitan estetika absurd dalam budaya internet.”

Generasi Z saat ini tidak hanya mengonsumsi meme. Mereka menciptakan mitologi baru lewat absurditas. dan ini adalah bentuk pelarian dari dunia nyata yang makin kompleks.

Menurut laman Wikipedia dan analisis tren sosial dari Sendible, istilah “brainrot” sendiri berasal dari frasa populer yang berarti overdosis konten ringan yang menyebabkan “kerusakan mental sementara” bentuk kritik sekaligus perayaan atas internet yang semakin absurd.

Apa yang mendorong Trend ?

  • Kecanggihan AI generatif: Tools seperti DALL·E, Midjourney, dan ElevenLabs memungkinkan siapa saja menciptakan meme surreal dalam hitungan menit.
  • Psikologi digital pascapandemi: Setelah trauma global, masyarakat haus akan konten lucu, aneh, dan tak masuk akal sebagai hiburan ringan.
  • Efek algoritma TikTok & Reels: Semakin aneh dan tak terduga, semakin tinggi peluang viralnya.

Beberapa brand fashion streetwear dan minuman ringan sudah mulai menyisipkan karakter bergaya “brainrot” dalam kampanye pemasaran mereka, mencerminkan kecepatan adopsi tren ini ke dalam budaya mainstream.

Rubrik Sama :

Masyarakat Belum ‘Smart’, Etika Digital Rendah Meski Ponsel Berlimpah

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menilai bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menjadi masyarakat 'smart' di era digital. Menurutnya, tingginya penetrasi teknologi tidak sebanding dengan kesadaran etika digital.

BMKG Ungkap Potensi Curah Hujan di Atas Normal saat Musim Kemarau

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau pada tahun ini tidak berlangsung seperti biasanya.

Tak Diakui Secara Hukum, Driver Ojol Jadi Korban Kapitalisme Digital?

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi para pengemudi dan kurir daring di Indonesia. Ia menyebut posisi para driver ojek online (ojol) masih terpinggirkan dalam sistem hukum nasional.

Indahnya Toleransi Beragama, Halaman Gereja Disulap Jadi Sekretariat Panitia Asalha Mahapuja

Toleransi antarumat beragama kembali menunjukkan wajah paling indahnya di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Di mana halaman Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka, mendadak dipenuhi umat Buddha dari berbagai penjuru Tanah Air pada Minggu (6/7).
Cover Majalah

Update