astakom, Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menerima audiensi Lembaga Sensor Film (LSF) untuk memperkuat ekosistem perfilman nasional, di kantor Kementerian Ekraf, Jakarta, Selasa (1/7).
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Ekraf menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
“Jika berpikir dengan keterbatasan maka kita tidak akan berjalan, untuk itu perlu kerja sama hexahelix untuk menyelesaikannya,” kata Teuku Riefky dalam keterangan dikutip astakom.com, Kamis (3/7).
Teuku Riefky mengatakan peran LSF penting untuk keberlanjutan industri perfilman. Selain itu, Teuku Riefky menilai sosialisasi kekayaan intelektual perlu digalakkan untuk mencegah pembajakan.
“Sepakat bahwa memang industri perfilman Indonesia harus kita perkuat, dengan melakukan beberapa potensi kerja sama termasuk dalam hal sosialisasi program budaya sensor mandiri, juga tentang data ekosistem film nasional,” imbuh Teuku Riefky.
Teuku Riefky menyebut sektor perfilman nasional kini sedang mencatatkan tren pertumbuhan positif.
Hal itu berdasarkan data dari Cinepoint dan filmindonesia.or.id, jumlah penonton film lokal dari awal tahun hingga 30 Juni 2025 sudah mencapai 42,6 juta atau separuh dari tahun lalu yaitu 82,1 juta yang menjadi rekor tertinggi.
Menurutnya, film mempunyai daya tarik tersendiri yang potensinya luar biasa sebagaimana tercatat pula dalam Outlook Parekraf tahun 2024/2025.
Data itu menunjukkan subsektor film, animasi, dan video memiliki potensi tinggi dalam pengembangan ekonomi kreatif nasional yaitu 53,49 persen disusun subsektor kuliner di 46,51 persen dan fesyen pada 37,21 persen.
Tak hanya itu, Menteri Ekraf juga menyebut ekonomi kreatif memiliki keunikan tersendiri yaitu antarsubsektornya saling melengkapi dan menguatkan.
Untuk itu, dalam konteks perfilman, Kementerian Ekraf siap membantu beberapa film yang terkendala mengenai jadwal penayangan hingga membantu setiap promosinya.
“Dengan Kementerian Ekraf yang memiliki ekosistem dari konten kreator, ini dapat membantu dalam hal promosi terhadap film – film nasional untuk menaikkannya ke permukaan dan membantu rumah produksi menekan biaya promosi itu sendiri,” kata Teuku Riefky.
Sementara itu Ketua LSF Naswardi mengaku telah menerbitkan lebih dari 42.339 tanda lulus sensor bagi film, iklan film, dan iklan komersial di berbagai platform sepanjang 2024, termasuk 285 judul film panjang nasional.
Dari jumlah tersebut, untuk film luar negeri terdapat 255 berasal dari 17 negara dengan yang terbanyak dari Amerika Serikat, Korea Selatan, India, dan Thailand.
Namun, hanya 108 judul film nasional yang berhasil tayang di bioskop. “Sisanya, sebanyak 177 judul, masih menunggu giliran tayang akibat keterbatasan jumlah layar bioskop di Indonesia yang saat ini hanya mencapai sekitar 2.145 layar,” pungkas Naswardi.