Kamis, 10 Jul 2025
Kamis, 10 Juli 2025

China Ungkap Drone Mikro Berbentuk Nyamuk untuk Misi Intelijen Rahasia

astakom, Jakarta – Teknologi pengintaian masa depan kini semakin kecil dan nyaris tak terlihat. China, melalui National University of Defence Technology (NUDT), baru saja memperkenalkan drone bionik berukuran nyamuk yang dirancang untuk misi intelijen dan operasi militer rahasia.

Perangkat ini diperlihatkan ke publik lewat siaran televisi militer negara tersebut, CCTV-7, pada 20 Juni lalu. Dalam siaran tersebut, seorang peneliti muda dari NUDT menunjukkan secara langsung ukuran dan cara kerja drone tersebut.

“Di tangan saya ini ada robot mini yang bentuknya menyerupai nyamuk. Robot bionik berukuran kecil seperti ini sangat cocok digunakan untuk misi pengintaian informasi dan operasi khusus di medan perang,”
ujar Liang Hexiang, mahasiswa peneliti NUDT, kepada CCTV-7 seperti dikutip astakom.com.

Drone ini hanya sepanjang 2 sentimeter dan berbobot 0,3 gram, dilengkapi dengan dua sayap tipis yang dapat mengepak hingga 500 kali per detik. Bentuk dan ukurannya yang sangat kecil membuatnya sulit dideteksi oleh radar konvensional.

Selain versi dua sayap, tim peneliti juga mengembangkan varian empat sayap yang dapat dikendalikan melalui smartphone, sebagaimana dilaporkan oleh South China Morning Post dan Euronews Next.

Fitur & Fungsi :

  • Sayap mengepak super cepat
  • Sensor mini untuk pengintaian
  • Kendali jarak jauh via smartphone
  • Desain bionik menyerupai serangga nyata

Meski belum dijelaskan secara spesifik jenis data apa yang dapat dikumpulkan, para ahli pertahanan meyakini bahwa teknologi ini sangat potensial untuk pengintaian medan tempur, pemantauan perimeter, atau bahkan operasi sabotase skala mikro.

China bukan satu-satunya negara yang mengembangkan drone mikro. Beberapa negara lain seperti:

Amerika Serikat mengembangkan HI-MEMS (Hybrid Insect Micro-Electro-Mechanical Systems) melalui DARPA sejak 2006.

Norwegia dan AS telah menggunakan Black Hornet, drone mini berbentuk helikopter seukuran saku yang kini aktif digunakan oleh pasukan militer NATO.

“Perangkat seperti ini memberi keunggulan besar dalam operasi militer modern yang bisa menyusup, mengumpulkan data, dan keluar tanpa terdeteksi,”
ujar analis pertahanan dari Georgetown Center for Security and Emerging Technology dalam laporan Euronews seperti dikutip astakom.

Meski sangat canggih, teknologi ini memicu kekhawatiran baru. Pengamat teknologi dan HAM mempertanyakan potensi penyalahgunaan, termasuk pengintaian ilegal terhadap warga sipil, pelanggaran privasi, atau penggunaan dalam misi destruktif tanpa akuntabilitas.

Rubrik Sama :

Samsung Perkenalkan Z Fold 7 & Flip 7, Tipis, Ringan, dan Lebih Cerdas

astakom, Jakarta - Samsung kembali mencuri perhatian dunia lewat gelaran tahunan Galaxy Unpacked 2025 yang berlangsung hari ini. Seperti sudah diprediksi banyak pengamat, acara...

Belajar Jadi Masinis? Coba Akademi Masinis LRT Jakarta di Jakarta Fair 2025!

astakom, Jakarta - Dalam rangka memeriahkan HUT ke-498 Kota Jakarta, PT LRT Jakarta turut meramaikan gelaran Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2025 selama sepekan penuh,...

CEO OpenAI Sam Altman Meminta Pengguna untuk Tidak Terlalu Mempercayai ChatGPT

astakom, Jakarta – CEO OpenAI Sam Altman baru-baru ini mengingatkan agar pengguna tidak sepenuhnya percaya terhadap jawaban yang diberikan oleh chatbot AI milik Perusahaan...

Dunia Kripto Menahan Napas, Sidang Senat AS 9 Juli Bisa Jadi Titik Balik Global

astakom, Washington DC - Pasar aset digital global tengah menanti sidang krusial yang akan digelar oleh Komite Perbankan Senat Amerika Serikat pada Rabu, 9...
Cover Majalah

Update