Rabu, 9 Jul 2025
Rabu, 9 Juli 2025

Bukan Pintar, Menag Ungkap Syarat Ideal Pemimpin

astakom, Jakarta – Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kepintaran bukanlah syarat utama untuk menjadi seorang pemimpin.

Hal itu disampaikan Menag saat memberikan tausiyah dalam rangkaian acara peringatan Tahun Baru Islam 1447 Hijriah bertajuk ‘Peacefull Muharram’ di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (27/6).

Dalam tausiyahnya, Menag justru menekankan pentingnya karakter emosional sebagai syarat utama menjadi seorang pemimpin. Hal itu merujuk pada nilai-nilai yang tertuang dalam Al-Qur’an.

“Kepintaran itu tidak berbanding lurus dengan prestasi dan perkembangan company atau institusi. Karakter emosional yang penting untuk dipilih dan yang disyaratkan Tuhan,” ujar Menag, dikutip astakom.com, Sabtu (28/6).

Pernyataan Menag tersebut mematahkan paradigma umum di masyarakat, yang cenderung menjadikan kepintaran sebagai tolok ukur utama dalam memilih seorang pemimpin.

Dengan merujuk pada ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Qashash ayat 26, Menag menyebutkan dua syarat kepemimpinan yang ideal, yakni al-qawwiyu (kuat) dan al-amin (dapat dipercaya).

“Untuk diangkat menjadi pimpinan itu syaratnya ada dua, yakni Al-qawwiyu dan Al-Amin,” tegasnya.

Ia menjelaskan bahwa Al-qawwiyu berarti orang yang tangguh, tegar, dan memiliki keteguhan dalam menghadapi tantangan. Sementara Al-Amin adalah sosok yang amanah dan dapat dipercaya, yang dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘amin’ yang berarti aman.

“Orang yang amanah pasti aman, karena mereka adalah orang yang beriman, dan orang itulah disebut Al-amin,” lanjutnya.

Pernyataan tersebut disampaikan di hadapan ratusan anak muda dari kalangan Gen-Z yang memadati Masjid Istiqlal. Menag mengaku terharu melihat perubahan wajah masjid yang kini semakin dipenuhi generasi muda.

“Beberapa waktu lalu, Istiqlal hanya dipenuhi pensiunan menanti kematian. Tapi, dekade terakhir ini justru terbalik, diisi oleh calon-calon penghuni surga lebih awal (pemuda),” ungkapnya.

Kegiatan tersebut juga diselingi sesi dialog antara peserta tausiyah.dan Menag. Salah satu peserta, Surya Airlangga dari MAN 19 Jakarta Selatan, menanyakan bagaimana menjaga keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan spiritual bagi Gen-Z ke depan.

Menag pun menjawab. “Innaa ‘amalun binniyyah. Kalau ingin hidupnya terang benderang ciptakan algoritma hidup dan sosial media terang, kalau terbiasa gelap maka algoritmanya juga gelap. Jaga pergaulan serta pilih guru yang terbaik,” jawab Nasaruddin.

Selain para pemuda dari Gen Z, acara Peaceful Muharam juga dihadiri oleh sejumlah tokoh publik seperti Gus Romzy, Koh Dennis Lim, dan Angelina Sondakh.

Kehadiran mereka menambah warna dalam perayaan Tahun Baru Hijriyah yang dikemas dengan suasana yang damai, inspiratif, dan kekinian, sesuai dengan semangat generasi muda saat ini.

Rubrik Sama :

Diakui Malaysia, Pemprov Riau Tegaskan Pacu Jalur Budaya Indonesia

Pacu Jalur yang belakangan ini mendapat sorotan dunia karena tren Aura Farming, diklaim oleh warganet Malaysia sebagai warisan budaya Negeri Jiran.

Masyarakat Belum ‘Smart’, Etika Digital Rendah Meski Ponsel Berlimpah

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menilai bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menjadi masyarakat 'smart' di era digital. Menurutnya, tingginya penetrasi teknologi tidak sebanding dengan kesadaran etika digital.

BMKG Ungkap Potensi Curah Hujan di Atas Normal saat Musim Kemarau

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau pada tahun ini tidak berlangsung seperti biasanya.

Tak Diakui Secara Hukum, Driver Ojol Jadi Korban Kapitalisme Digital?

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi para pengemudi dan kurir daring di Indonesia. Ia menyebut posisi para driver ojek online (ojol) masih terpinggirkan dalam sistem hukum nasional.
Cover Majalah

Update