Selasa, 8 Jul 2025
Selasa, 8 Juli 2025

Sri Mulyani Kritik Keras Kinerja WTO di Tengah Gejolak Perang Dagang

astakom, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang dinilai tidak mampu menjalankan fungsinya secara efektif dalam merespons meningkatnya ketegangan perdagangan internasional.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang, khususnya akibat kebijakan tarif sepihak dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Sri Mulyani menilai WTO justru kehilangan peran strategisnya sebagai lembaga multilateral.

“WTO yang sekarang tidak atau sangat kurang berfungsi. Ibaratnya, di sebuah desa ketika ada rumah tangga yang berselisih, mungkin lebih mudah dan praktis menyelesaikannya secara bilateral atau masing-masing,” ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Kamis (19/6).

Menurutnya, WTO seharusnya menjadi forum utama penyelesaian sengketa perdagangan antarnegara. Namun, lemahnya respon organisasi tersebut membuat negara-negara mulai mengambil langkah sendiri dalam menyelesaikan konflik, tanpa lagi mengandalkan lembaga internasional.

“Negara-negara yang kuat merasa harus menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan lembaga multilateral. Ini lah yang disebut unilateralism atau dispute yang diselesaikan secara bilateral,” katanya.

Sri Mulyani juga menyinggung bahwa saat AS memilih memberlakukan tarif impor tinggi secara sepihak, banyak negara berharap agar persoalan tersebut ditangani melalui WTO. Sayangnya, lembaga itu justru dianggap pasif dan tidak menjalankan peran mediasi sebagaimana mestinya.

Kondisi ini memperkuat tren proteksionisme dan unilateralisme di panggung global, yang menurut Sri Mulyani akan berdampak panjang bagi stabilitas ekonomi dunia.

“We are witnessing the uncertainty. Ini akan lebih permanen. Karena secara alamiah, ketidakpastian itu tidak bersifat temporer atau sementara,” jelasnya.

Ia menambahkan, berakhirnya masa penundaan kebijakan tarif pada Juli mendatang akan memperkuat langkah protektif banyak negara, seiring dengan melemahnya fungsi lembaga multilateral seperti WTO.

Situasi ini, lanjut Sri Mulyani, bisa memicu “perpetual shock” atau guncangan berkepanjangan terhadap sistem ekonomi global, apalagi jika ditambah ketegangan di bidang politik dan keamanan.

“Akan terjadi perpetual shock karena keputusan politik dibuat oleh negara atau pimpinan negara tertentu, yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan negara lain. Ini lah yang menjadi sumber ketidakpastian global,” tutupnya.

Rubrik Sama :

Otorita IKN: Tidak Ada Biaya Masuk, Stop Pungli di Kawasan Nusantara

astakom, Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) menegaskan bahwa masyarakat tidak dikenakan biaya apapun untuk berkunjung ke Kawasan IKN, terutama di Kawasan Inti...

Apresiasi Sumbawa Barat, Fahri Ingin KSB Menjadi Pionir Nasional

astakom, Sumbawa – Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah mendorong Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), untuk menjadi pionir nasional dalam program...

Kemkomdigi Minta Tambah Anggaran Rp12,6 Triliun

astakom, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp12,6 triliun dalam Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI, Senin (7/7). ”Untuk...

KTT BRICS Selesai, Prabowo Kunjungi Brasilia untuk Bertemu Presiden Lula

astakom, Rio de Janeiro — Usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil, selama...
Cover Majalah

Update