Rabu, 9 Jul 2025
Rabu, 9 Juli 2025

Prof. Haedar Nashir: Tiada Detak Jantung Bangsa Tanpa Denyut Literasi

astakom, Jakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, kembali menekankan pentingnya budaya literasi sebagai fondasi utama kemajuan bangsa.

Dalam unggahan di akun Instagram resminya, Haedar menyampaikan refleksi mendalam tentang peran literasi dalam membangun peradaban dan memperkuat daya tahan masyarakat terhadap berbagai bentuk pengaruh negatif.

“Negara manapun tidak akan maju jika warganya tidak punya budaya literasi. Kebudayaan hidup karena literasi. Peradaban juga dicapai dengan budaya literasi. Bangsa nir-literasi mudah diperdaya pihak lain, hatta oleh sesama komponen bangsa sendiri,” ungkapnnya dikutip astakom, Selasa (17/6).

Menurut Haedar, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi menyangkut kecakapan lebih luas dalam mengolah informasi dan menjadikannya bekal hidup yang bermartabat.

“Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis. Literasi juga bertemali dengan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup yang lebih cerdas dan berbudaya tinggi. Hidup sendiri maupun kolektif menjadi tercerahkan karena modal literasi,” jelasnya.

Ia pun mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan literasi sebagai denyut nadi kehidupan. Haedar mengibaratkan, bangsa yang maju adalah bangsa yang detak jantung sosialnya digerakkan oleh denyut literasi yang kuat.

“Karenanya bangsa Indonesia akan makin maju jika budaya literasinya bertumbuh-kembang secara luas yang melekat menjadi kebiasaan sehari-hari. Tiada detak jantung tanpa denyut literasi,” paparnya.

Dalam seruannya kepada generasi muda, Haedar mengajak milenial dan gen-Z untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak produktif dan menggantinya dengan aktivitas yang mengembangkan wawasan dan kecerdasan.

“Bila ingin maju budaya literasi, kurangi obral budaya oral seperti gemar mengobrol, bercanda berlebihan, olok-olok, gosip, kehebohan, dan huru-hara yang membuat hidup kehilangan makna,” ucapnya.

Terakhir, ia memberikan pesan inspiratif untuk generasi penerus bangsa agar merebut masa depan dengan kesadaran literasi yang tinggi.

“Ayuk generasi milenial dan gen-z bangun kehidupan maju dimulai dari kebiasaan membaca, menulis, dan gemar main informasi untuk hidup lebih berarti guna merebut masa depan milik kita. Bukan piawai main game dan rebahan melewati batas. Janganlah sia-siakan sedetik waktu berlalu tanpa kesadaran literasi!” ajaknya.

Rubrik Sama :

Diakui Malaysia, Pemprov Riau Tegaskan Pacu Jalur Budaya Indonesia

Pacu Jalur yang belakangan ini mendapat sorotan dunia karena tren Aura Farming, diklaim oleh warganet Malaysia sebagai warisan budaya Negeri Jiran.

Masyarakat Belum ‘Smart’, Etika Digital Rendah Meski Ponsel Berlimpah

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menilai bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menjadi masyarakat 'smart' di era digital. Menurutnya, tingginya penetrasi teknologi tidak sebanding dengan kesadaran etika digital.

BMKG Ungkap Potensi Curah Hujan di Atas Normal saat Musim Kemarau

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau pada tahun ini tidak berlangsung seperti biasanya.

Tak Diakui Secara Hukum, Driver Ojol Jadi Korban Kapitalisme Digital?

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi para pengemudi dan kurir daring di Indonesia. Ia menyebut posisi para driver ojek online (ojol) masih terpinggirkan dalam sistem hukum nasional.
Cover Majalah

Update