Minggu, 15 Jun 2025
Minggu, 15 Juni 2025

Bukan Hengkang, LG Didepak dari Proyek Baterai RI Karena Lamban

astakom, Jakarta — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa kabar hengkangnya konsorsium asal Korea Selatan, yang dipimpin LG Energy Solution dari proyek hilirisasi baterai kendaraan listrik (electric/EV) di Indonesia tidak benar.

Bahlil menyebut pemerintah justru mengambil keputusan untuk mengganti konsorsium LG dengan perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd., karena proses kerja sama sebelumnya berjalan terlalu lambat.

“Informasi yang mengatakan bahwa seolah-olah LG keluar, saya ingin mengatakan bahwa itu enggak benar,” tegas Bahlil usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Jakarta, dikutip astakom.com, Kamis (22/5).

“Yang benar itu adalah saya sebagai ketua Satgas waktu itu kemudian memutuskan untuk membatalkan apa yang dilakukan oleh LG karena terlalu lama,” tambah Bahlil.

Bahlil menekankan, bahwa pengambilalihan proyek hilirisasi baterai listrik, dengan nilai investasi mencapai USD9,8 miliar oleh Huayou itu telah mendapat persetujuan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

“Alhamdulillah tadi sudah diputuskan, sudah disetujui oleh Bapak Presiden, atas arahan Bapak Presiden, sekarang sudah dilakukan oleh konsorsium Huayou,” tegas Bahlil.

Bahlil juga memastikan, porsi kepemilikan saham Indonesia mlalui BUMN pada proyek baterai itu sebesar 51 persen di level hulu. Sementara itu, untuk joint venture (JV) berikutnya telah disepakati sebesar 30 persen.

Namun dengan masuknya Danantara ke proyek tersebut, pemerintah tengah mengupayakan agar kepemilikan saham Indonesia di JV-JV tersebut naik dari 30 persen ke 40 persen, bahkan ke 50 persen.

“Nah ini ada arahan Bapak Presiden kita akan memaksimalkan untuk di atas 40 persen bahkan sampai dengan 50 persen. Tapi itu semua dalam proses negosiasi,” ujar Bahlil.

Ia menambahkan, perubahan mitra dalam proyek ini tidak akan mengganggu prospek investasi di sektor mineral kritikal, yang dinilai masih sangat menjanjikan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baterai kendaraan listrik.

“Sekalipun dalam kondisi ekonomi global seperti ini, prospek investasi di bidang hilirisasi, khususnya di mineral kritikal, masih sangat relevan,” tutupnya.

Sebagai informasi, LG Energy Solution merupakan perusahaan produsen baterai lithium-ion terkemuka di dunia yang fokus pada kendaraan listrik, mobilitas, IT dan sistem penyimpanan energi.

Perusahaan asal Korea ini memiliki pengalaman lama dalam pengembangan teknologi baterai. LG Solutionjuga memiliki jaringan global yang luas termasuk fasilitas manufaktur, di Amerika, Eropa dan Asia.

Sementara penggantinya, Zhejiang Huayou Cobalt adalah perusahaan teknologi tinggi Tiongkok yang berfokus pada material baterai lithium-ion dan kobalt. Perusahaan ini didirikan pada 1994 dan berkantor pusat di Tongxiang, Zhejiang.

Huayou telah mengembangkan lima sektor bisnis, yaitu industri energi baru, industri material baru, industri nikel di Indonesia, industri sumber daya di Afrika, dan industri daur ulang.

Bisnisnya meliputi seluruh rantai industri material baterai lithium-ion, seperti pengembangan sumber daya nikel, kobalt, lithium, tembaga, dan fosfor.

Selain itu, bisnis Huayou juga mencakup pemurnian logam non-besi ramah lingkungan; penelitian, pengembangan, dan produksi material baterai lithium-ion; serta daur ulang sumber daya.

Dengan visi menciptakan nilai bagi pelanggan dan memimpin perkembangan industri, perusahaan mempunyai visi, yaitu mengendalikan sumber daya di hulu, mengembangkan pasar di hilir, dan meningkatkan kemampuan di dalam.

Rubrik Sama :

Perkuat Fondasi Digital, Wamen Komdigi Ajak Asia House Wujudkan Visi 2045

Astakom, Jakarta – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamen Komdigi) Nezar Patria mengajak Asia House berkolaborasi mewujudkan visi Indonesia 2045 untuk menjadi pemimpin digital...

Sri Mulyani Desak Reformasi Belanja Negara Jadi lebih Berkualitas

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati kembali menyoroti soal kualitas belanja negara. Menurutnya, tantangan utama bukan lagi sekadar jumlah anggaran, melainkan strategi dan efektivitas penggunaannya.

Baru Dibentuk, Ditjen Strategi Ekonomi dan Fiskal Kemenkeu Punya Tugas Berat

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengungkap, bahwa ada banyak tugas yang sudah mengantre untuk dikerjakan Ditjen Strategi Ekonomi dan Fiskal, meskipun para pejabatnya baru saja dilantik.

Sri Mulyani Ultimatum Pejabat Baru, Minta Sistem Coretax Segera Diperbaiki

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mendesak Ditjen Pajak (DJP) untuk segera membereskan berbagai masalah dalam sistem administrasi perpajakan inti atau coretax system yang diluncurkan sejak awal 2025.
Cover Majalah

Update